Masi tegap, setegap rasaku yang takkan pernah rapuh.
Sekuat rinduku yang takkan pernah goyah.
Aku tau angin masih menerpa,
Membawaku berjalan diatas awan,
Bersama berjuta keping kata,
Yang entah kapan bisa hatimu dengar..
Aku bahagia,
Melihat bayangmu dalam kaca fatamorganaku,
Menyentuhmu lewat angin,
Mengamnesiakan luka, bersahabat dg tawamu.
Seperti pelangi,
Yg setia melihat awan bercanda dengan hujan,,
Seperti senja,
Yg rela tergantikan oleh gelapnya malam..
Aku suka melihatmu tersenyum..
Seolah bulan purnama yg bersinar terang,,
Tapi aku mulai redup..
Saat kutau sinarmu untik bintang itu,,
Bintang yang cantik, tak seperti sinarku yg melemahh.
Kau takperlu membuka kotak hatiku,
Karna kau takkan sanggup mendengar hatiku,
Hatiku dan rindunya yg takkan pernah bosan.
Takkan pernah bosan berisik meneriaki namamu..
Anggap saja aku ini sebuah jaring,
Yg siap menopangmu saat kau jatuh dr pelukannya,
Dan Aku bersumpah..
Takkan pernah kubiarkan kau jatuh dr pelukan bidadarimu,,
Saat kau bahagia bersamanya,
Aku hanya ingin diingat meski sekilas..
Sebagai pendo’a yg setia menyebut namamu..
Do’a yang menguatkanku saat bertempur dg rindu..
Yg tertawa saat kukais rinduku yg berserakan..
Seberkas iriku pada bidadarimu,
Namun segera kutepis,
Saat kusadar betapa berartinya dia untukmu..
Seperti betapa berartinya kau untukku..
Rinduku adalah mimpii..
Dan pagi adalah jarak yang menyadarkanku..
Kutitipkan sayang dan rinduku lewatnya,,
Kurasakan pelukanmu saat kau memeluknya,,
Aku tau..
Saat melihat kau tertawa karenanyaa..
Tuhan mengajariku arti ketulusan..